Pertemuan
2
Landasan
Pengembangan Kurikulum
Dalam
pengembangan kurikulum terdapat empat landasan pokok, yaitu :
1. Landasan
Filosofis Pengembangan Kurikulum
Socrates mengemukakan bahwa filsafat adalah cara
berpikir secara radikal, menyeluruh dan mendalam. Berdasarkan ruang lingkup
yang menjadi objek kajiannya, filsafat dapat dibagi menjadi dua cabang besar
yaitu: filsafat umum (filsafat murni) dan filsafat khusus (filsafat terapan).
Manfaat filsafat pendidikan, yaitu :
1) Filsafat
pendidikan dapat menentukan arah akan dibawa kemana anak-anak melalui
pendidikan di sekolah?
2) Akan
mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil yang harus dicapai.
3) Filsafat
dan tujuan pendidikan memberi kesatuan yang bulat kepada segala usaha
pendidikan.
4) Tujuan
pendidikan memungkinkan pendidik menilai usahanya, hingga manakah tujuan itu
tercapai.
5) Tujuan
pendidikan memberikan motivasi atau dorongan bagi kegiatan-kegiatan pendidikan.
Tujuan
Pendidikan Nasional Indonesia bersumber pada pandangan hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara yaitu Pancasila. Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan YME dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Redja
Mudyahardjo (2001) merangkup konsep-konsep aliran filsafat menjadi tiga aliran
yaitu : (1) Idealisme, (2) Realisme, dan (3) Pragmatisme.
Idealisme
|
Realsime
|
Pragmatisme
|
|
Tujuan
Pendidikan
|
Pembentukan
karakter, pengembangan bakat dan kebajikan sosial
|
Dapat
menyesuaikan diri secara tepat dalam hidup dan dapat melaksanakan tanggung
jawab sosial
|
Memperoleh
pengalaman yang berguna untuk memecahkan masalah-masalah baru dalam kehidupan
perorangan atau masyarakat
|
Isi
Pendidikan
|
Pendidikan
liberal atau pendidikan umum
|
Pendidikan
liberal atau pendidikan umum
|
Pendidikan
liberal yang menghilangkan pemisahan antara pendidikan umum dengan pendidikan
praktis
|
Metode
Pendidikan
|
Dialektik/dialogik
|
Pengalaman
langsung maupun tidak langsung
|
Berpikir
reflektif atau metode pemecahan masalah
|
Peranan
peserta didik dan pendidik
|
Peserta
didik bebas mengembangkan bakat dan kepribadiannya. Pendidik bekerja sama dengan alam dalam
proses pengembangan kemampuan ilmiah.
|
Peranan
peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang berubah-ubah. Peranan
pendidik adalah menguasai pengetahuan.
|
Peserta
didik adalah organisme yang rumit yang mampu tumbuh. Pendidik adalah mengawasi
dan membimbing pengalaman belajarr tanpa banyak mencampuri urusan minat dan
kebutuhan peserta didik.
|
2. Landasan
Psikologis Pengembangan Kurikulum
Pemahaman tentang peserta didik sangat penting dalam
pengembangan kurikulum. Melalui kajian tentang perkembangan peserta didik,
diharapkan upaya yang dilakukan sesuai dengan karakteristik peserta didik, baik
penyesuain dari segi kemampuan yang harus dicapai, materi atau bahan yang harus
disampaikan, proses penyampaian atau pembelajarannya, dan penyesuaian dari segi
evaluasi pembelajaran.
a. Perkembangan
Peserta Didik dan Kurikulum
Hurlock
|
Rousseau
|
|
Tahap I
|
Fase
prenatal (sebelum lahir yaitu masa konsepsi sampai 9 bulan)
|
Usia
pengasuhan (0,0-2,0 tahun)
|
Tahap II
|
Fase
infancy (orok, yaitu lahir sampai 10-14 hari)
|
Masa
pendidikan jasmani dan latihan pancaindera (2,0-12,0 tahun)
|
Tahap III
|
Fase
Childhood (kanak-kanak, yaitu 2 tahun sampai remaja)
|
Periode
pendidikan akal (12,0-15,0 tahun)
|
Tahap IV
|
Fase
adolescence/puberty (11-13 tahun sampai usia 21 tahun)
|
Periode
pendidikan watak dan pendidikan agama (15-20,0 tahun)
|
Dalam
hubungannya dengan proses belajar mengajar, Syamsu Yusuf (2005:23) menegaskana
bahwa penahapan perkembangan yang digunakan sebaiknya bersifat efektif, artinya
tidak terpaku pada suatu pendapat saja tetapi bersifat luas untuk meramu dari
berbagai pendapat yang mempunyai hubungasn yang erat. Atas dasar itu
perkembangan individu sejak lahir sampai masa kematangan dapat digambarkan
melewati fasa-fasa berikut :
Tahap
Perkembangan
|
Usia
|
Masa usia prasekolah
|
0,0-6,0
tahun
|
Masa usia sekolah dasar
|
6,0-12,0
tahun
|
Masa usia sekolah menengah
|
12,0-18
tahun
|
b. Psikologi
belajar dan Pengembangan Kurikulum
Psikologi belajar merupakan suati studi tentang
bagaimana individu belajar. Pemahaman tentang teori-teori belajar berdasarkan
pendekatan psikologis adalah upaya mengenali kondisi objektif terhadap individu
anak yang sedang mengalami proses belajar dalam rangka pertumbuhan dan
perkembangan menuju kedewasaannya. Sedikitnya ada tiga jenis teori belajar yang
memiliki pengaruh terhadap perkembangan kurikulum di Indonesia pada khususnya,
teori-teori tersebut adalah :
1. Teori
psikologi kognitif (Kognitivisme)
Para ahli psikologi kognitif memndang bahwa
kemampuan kognisi seseorang mengalami tahapan perkembangan. Tahap-tahap
perkembangan kognitif tersebut menggambarkan kemampuan berpikir seseorang
sesuai dengan usianya. Piaget membagi tahapan perkembangan kognitif dari usia
anak sampai dewasa menjadi 4 tahap sebagai berikut :
1) Tahap
sensorimotor (0-2 tahun)
2) Tahap
praoperasional (2-7 tahun)
3) Tahap
operasi kongkrit (7-11 tahun)
4) Tahap
operasi formal (11 tahun-dewasa).
2. Teori
psikologi Behavioristik
Kelompok teori ini berangkat dari asumsi bahwa anak
atau individu tidak memiliki/membawa potensi apa-apa dari kelahirannya.
Perkembangan anak ditentukan oleh faktor-faktor yang berasal dari lingkungan.
Kelompok teori ini tidak mengakui sesuatu yang bersifat mental. Hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku yang dapat diamati dan menekankan pada pengaruh faktor
eksternal pada diri individu.
3. Teori
psikologi Humanistik
Tokoh teori ini
adalah Abraham H. Maslow dan Carl R. Roger. Berbeda dengan teori behavioristik,
teori humanistik menolak proses mekanis dalam belajar, karena belajar adalah
suatu proses mengembangkan pribadi secara utuh. Keberhasilan siswa dalam
belajar tidak ditntukan oleh guru atau faktor-faktor eksternal lainnya, akan
tetapi oleh siswa itu sendiri. Belajar melibatkan faktor intelektual dan
emosional.
3. Landasan
Sosiologis dalam Pengembangan Kurikulum
Landasan sosiologis dalam pengembangan kurikulum
adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologis yang dijadikan titik tolak
dalam pengembangan kurikulum. Pendidiakan adalah proses sosialisasi melalui
interaksi insani menuju manusia yang berbudaya.
a. Masyarakat
dan Kurikulum
Masyarkat adalah suatu kelompok individu
yang diorganisasikan mereka sendiri ke dalam kelompok-kelompok berbeda yang
terorganisir yang berpikir tentang dirinya sebagai suatu yang berbeda dengan
kelompok atau masyarakat lain.
b. Kebudayaan
dan Kurikulum
Kebudayaan dapat diartika sebagai
keseluruhan ide atau gagasan, cita-cita, pengetahuan, kepercayaan, cara
berpikir, kesenian, dan nilai yang telah disepakati oleh masyarakat. Contoh
kurikulum muatan lokal yang saat ini sudah dilaksanakan di sebagian besar
sekolah adalah mata pelajaran Keterampilan, Kesenian, dan Bahasa Daerah.
4. Landasan
Teknologis dalam Pengembangan Kurikulum
Landasan teknologis dalam pengembangan kurikulum
adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari hasil-hasil riset atau penelitian dan
aplikasi dari ilmu pengetahuan yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan
kurikulum. Pengembangan kurikulum membutuhkan sumbangan dari berbagai kajian ilmiah
dan teknologi baik yang bersifat hardware
maupun software sehingga pendidikan
yang dilaksanakan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.